oleh :
Mohammad Faiq Fadhillah
Mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan Peserta MBKM Program Kampus mengajar di SDN kalinyamat kulon 3 Kota Tegal
Seiring perkembangan zaman, perubahan-perubahan dan inovasi dilakukan Indonesia demi mengarahkan pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik, salah satunya adalah dengan dilantiknya Menteri Pendidikan, Kebudayan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Bapak Nadiem Anwar Makarim pada akhir Tahun 2019 silam. Perubahan ini diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan Indonesia dimasa mendatang. Tahun 2020 merupakan angin segar bagi dunia pendidikan di Indonesia, pasalnya pada awal kepemimpinannya, Nadiem Makarim yang kerap disapa dengan sebutan ‘Mas Menteri’ ini langsung mengeluarkan program-program yang meyakinkan. Program tersebut adalah Merdeka Belajar & Kampus Merdeka. Dalam program Kampus Merdeka terdapat beberapa program yang dapat memfasilitasi mahasiswa untuk memperkaya pengetahuan dan meningkatkan kualitas dirinya sesuai dengan bidang studi yang mereka tekuni, salah satunya adalah Kampus Mengajar. Kampus Mengajar adalah kegiatan yang memberikan kesempatan mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas di luar kelas perkuliah dengan terjun langsung ke sekolah untuk membantu proses belajar mengajar di sekolah tersebut, khusunya pada jenjang Sekolah Dasar.
Namun, pada kuartal pertama Tahun 2020, Indonesia mengalami bencana pandemi COVID-19 yang hingga artikel ini ditulis masih belum berakhir. Pandemi ini mengakibatkan lumpuhnya beberapa sektor kehidupan, tidak terkecuali sektor pendidikan. Pemerintah menutup semua sekolah-sekolah dari jenjang Sekolah Dasar hingga Pendidikan Tinggi, hal ini mengakibatkan pembelajaran yang awalnya dilakukan secara tatap muka berganti menjadi pembelajaran jarak jauh. Satu tahun kemudian, pada awal tahun 2021 dilakukan peluncuran mahasiswa Kampus Mengajar Angkatan 1 ke sekolah-sekolah yang telah ditetapkan. Terdapat beberapa SD yang telah menerapkan Kembali pembelajaran tatap muka terbatas, tetapi SD tempat penulis ditugaskan masih menerapkan pembelajaran jarak jauh atau online. Namun, terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran daring di sekolah tersebut yang mengakibatkan pembelajaran menjadi kurang efektif. Hambatan terbesar adalah masih banyaknya murid yang belum memiliki perangkat yang memadai untuk melakukan pembelajaran daring. Alhasil, Pembelajaran hanya dilakukan dengan membagikan website milik Dinas Pendidikan setempat yang berisikan materi melalui grup media sosial whatsapp yang beranggotakan orang tua atau wali murid. Kemudian dalam hal penilaian, tiap awal pekan orang tua murid diminta untuk mengambil lembar soal di sekolah dan dikumpulkan kembali pada akhir pekan. Hal ini mengingatkan penulis pada awal perkembangan pembelajaran jarak jauh yaitu sekolah korespondensi yang mana pembelajaran dilakukan dengan berkirim surat. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis menyadari bahwa pentingnya hal yang mendasar yaitu komponen pembelajaran. Dimana di dalam sebuah pembelajaran terdapat 6 komponen yang harus ada antara lain; tujuan, materi/bahan ajar, metode & media, pendidik/guru, peserta didik dan evaluasi. Komponen-komponen ini membentuk sebuah kesatuan utuh yang saling berkaitan. Masing-masing komponen memiliki peran tersendiri namun tetap berinteraksi dan saling mempengaruhi. Seperti contoh dalam menentukan bahan ajar harus berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, dalam penggunaan metode dan media harus memperhatikan karakteristik peserta didik serta dalam penentuan penilaian harus merujuk pada tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, jika salah satu komponen tidak terpenuhi, maka pembelajaran yang dilakukan akan berlajan kurang maksimal. Dalam kasus pembelajaran daring diatas, terdapat komponen pembelajaran yang masih belum terpenuhi, yaitu tidak adanya metode dan media yang digunakan karena masih banyak siswa yang belum memiliki perangkat yang sesuai. Hal ini sangat disayangkan karena pembelajaran daring ini sudah berlangsung cukup lama yang mana dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar siswa. Tidak dipungkiri juga, sekolah masih belum berani untuk menerapkan pembelajaran tatap muka di sekolah dikarenakan angka penularan virus COVID-19 yang masih meningkat. Oleh karena itu, kami selaku mahasiswa Kampus Mengajar mengadakan program pembelajaran Home Visit, yaitu melakukan kunjungan ke salah satu rumah murid untuk melakukan pembelajaran berkelompok. Pembelajaran dilakukan dengan tiap pertemuan berisikan 7 hingga 8 anak dan durasi pembelajaran tidak lebih dari 1 jam serta tetap menggunakan protokol kesehatan. Dengan ini, diharapkan dapat menumbuhkan kembali semangat dan motivasi belajar siswa di masa pandemi yang serba menyusahkan ini.
Mengesampingkan permasalahkan diatas, pengalaman yang didapat penulis dalam program Kampus Mengajar ini sangatlah banyak. Penulis dapat berbagi pengalaman dengan rekan satu kelompok, guru-guru & siswa, dapat mengatahui secara langsung baik implementasi pembelajaran maupun administrasi yang diterapkan di sekolah dan tentunya pengalaman mengajar siswa di jenjang Sekolah Dasar serta dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah karena latar belakang studi yang sedang ditempuh berkaitan erat dengan dunia pendidikan. Semoga, Pandemi yang sedang berlangsung di negeri ini segera berakhir dan dunia pendidikan Indonesia kembali pulih serta semakin berkualitas.