Media Audio : Buah Kedustaan dan Kejujuran

klik disini untuk mendengarkan

SINOPSIS

Jakarta Pusat, salah satu daerah metropolitan yang selalu terlihat gemilau bagi para pemuda-pemudi yang berasal dari desa. Di sana banyak sekali pejuang kehidupan yang tidak sedikit terlempar karena kurang kompeten dan tidak dapat bersaing. Namun tidak sedikit pula yang berhasil bertahan setelah diterpa beragam badai. Bagaimanapun cara menghadapi badai tersebut, mereka dianggap berhasil ketika kembali dengan membawa sebongkah berlian ke kampung halamannya.

Di salah satu daerah di Jakarta Pusat terdapat suatu sekolah yang bernama SMA Maju Nusantara. SMA yang terkenal karena berhasil memenangkan beragam kejuaraan tingkat nasional, terutama dalam karya tulis ilmiah. Salah satu faktornya adalah andilnya guru sebagai fasilitator beserta penugasan setiap mata pelajarannya. Setidaknya satu kali dalam satu semester mereka membuat suatu karya ilmiah yang aturannya diadaptasi dari beberapa lomba tingkat nasional yang pernah diikuti. Para siswa ini diajak untuk selalu berobservasi dan berinovasi dalam pengerjaan karya tulis tersebut.

Suatu hari, seorang guru bahasa Indonesia yang akrab dipanggil Pak Yanto meminta tolong kepada Yani, ketua kelas 12A, untuk mengumpulkan seluruh karya tulis siswa kelas 12A yang telah ditugaskan sebelumnya. Pembuatan karya tulis itu ditujukan untuk menyeleksi bakat-bakat dan kemampuan-kemampuan para siswa SMA Maju Nusantara dalam menulis karya tulis ilmiah. Setelah melalui seleksi ini, kelak akan dipilih beberapa siswa yang dianggap memenuhi kriteria untuk mewakili sekolah. Mereka akan bertarung dalam sebuah kejuaraan bergengsi tingkat nasional karya tulis ilmiah yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kejuaraan ini diadakan sekali setiap tahunnya.

Yani dengan sigap berkeliling meja dan kembali menghampiri pria kelahiran Tuban itu untuk menyerahkan tugas-tugas milik teman-temannya. Belum selesai ia menghimpun tugas-tugas milik teman-temannya, Pak Yanto memberitahukan bahwa hari itu akan diadakan ulangan. Hal yang sangat mengejutkan itu dengan sekejap membuat suasana kelas menjadi ribut. Mereka dengan penuh keterkejutan – dan keengganan, mempertanyakan tentang ulangan dadakan tersebut. Sayangnya, Pak Yanto menjawabnya dengan memberi kertas jawaban untuk ulangan. Akhirnya, para siswa dengan raut wajah penuh keterpaksaan mengerjakan ulangan tersebut. Jam dinding telah memperingatkan bahwa mereka sudah seharusnya berpindah pada kegiatan selanjutnya. Ya, waktu yang diberikan telah habis seluruhnya. Pak Yanto pun menyudahi ulangan dadakan tersebut. Para siswa pun dipersilakan keluar untuk beristirahat. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Naila dan Yohan. Ternyata, karya tulis mereka memiliki masalah. Karya tulis yang mereka buat tampak mirip dan memiliki sumber yang sama. Dengan jujur, mereka pun mengakui kesalahan mereka dan meminta maaf atas kesalahan tersebut. Mereka berdua pun berjanji untuk tidak akan mengulangi kesalahan tersebut.